KEPERAWATAN DEWASA
Ca Paru / Kanker Paru
Dosen : Eka Oktavianto S,Kep. Ns
Disusun Oleh : KELOMPOK IV
v Baiq Maulani Amalia (04.11.2878)
v Gusti ayu Desi sagitari (04.11.2891)
v Muhammad Hidayat
v Tri Teguh Waluyo
KONSENTRASI INSTALASI
GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan YME, yang telah memberikan limpahan rahmat_Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ Ca Paru/Kanker Paru”, disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dewasa , jurusan Ilmu Keperawatan
Stikes Surya Global Yogyakarta.
Dalam
penulisan makalah ini tentunya penulis berterimakasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah ini yaitu Eka Oktavianto S,Kep. Ns, yang telah membimbing, memotifasi dan mendampingi kami dalam
pembelajaran.
Makalah ini berisi tentang Pengertian Ca Paru/ Kanker Paru, Jenis-jenis
Ca Paru, Penyebab Utama, Gejala Kanker Paru, Diagnosis dan Pengobatan, Pencegahan Kanker Paru.
Penulis menyadari
bahwa sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 7
Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 5
1.3 Tujuan................................................................................................... ....... 5
BAB 2. PEMBAHASAN
A. Pengertian Ca Paru/Kanker Paru................................................................... 6
B. Jenis-jenis Ca
Paru/Kanker Paru .................................................................. 8
C. Penyebab utama Ca Paru/Kanker Paru ...................................................... 11
D. Gejala Ca Paru/Kanker Paru ...................................................................... 11
E. Diagnosis dan pengobatannya ................................................................... 13
F.
Pencegahan Ca Paru/Kanker
Paru .............................................................. 18
G. Pathway ..................................................................................................... 20
H. Askep ......................................................................................................... 21
BAB 3. PENUTUP
·
Kesimpulan................................................................................................ 28
·
Daftar pustaka............................................................................................ 29
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker
paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah
keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti
penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 %
menjadi 4,5 % pada 1990. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru
adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada
kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada
perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan
jarangnya penderita datang ke dokter ketika
penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita
kanker paru pascabedah menunjukkan bahwa, rerata angka tahan hidup 5 tahunan
stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II,
apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan.
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat
dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan
dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin
kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara
ahli paru dengan ahli radiologi
diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks,
ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung
pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker
paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis
dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup
yang lebih baik dalam perjalanan
penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan,
mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan.
Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera
mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti
luas adalah semua penyakit keganasan di
paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari
luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang
dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus atau karsinoma
bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah
penyakit gen. Sebuah sel normal dapat
menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan
antara fungsi onkogen dengan gen tumor
suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi
gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau
kurang/hilangnya fungsi gen tumor
suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan
ini berjalan dalam beberapa tahap atau
yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom,
misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme
ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah
dapat dikenal beberapa onkogen yang
berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen
k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb.
Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada
sel kanker paru.
B. RUMUSAN MASALAH
·
Apa pengertian Ca Paru ?
·
Apa saja jenis-jenis Ca
Paru?
·
Apa Penyebab Utama Ca Paru ?
·
Apa Gejala Ca Paru ?
·
Bagaimana Diagnosis
dan Pengobatannya ?
·
Bagaimana pencegahan Ca Paru
?
C. TUJUAN
·
Mengetahui pengertian Ca
Paru
·
Mengetahui jenis-jenis Ca
Paru
·
Mengetahui Penyebab utama Ca
Paru
·
Mengetahui Gejala Ca Paru
·
Mengetahui Diagnosis dan
pengobatannya
·
Mengetahui pencegahan Ca
paru
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ca Paru/ Kanker Paru
Apa itu Kanker Paru ?
Kanker paru merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada jaringan paru-paru.
Tahukah Anda ?
Kanker paru merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada jaringan paru-paru.
Tahukah Anda ?
- Penyebab utama kematian pada kasus-kasus kanker adalah KANKER PARU (kanker paru berkontribusi pada 32% kematian pada pria & 25% pada wanita penderita kanker)
- 90% penderita kanker paru adalah perokok aktif atau mantan perokok
- Merokok satu pak per hari meningkatkan resiko kanker paru 10X lipat
- Merokok dua pak per hari meningkatkan resiko kanker 25X lipat
- Dari 180 ribu orang yang divonis kanker paru setiap tahunnya, 86% akan MENINGGAL dalam waktu 5 TAHUN sejak terdiagnosa (ini baru di Amerika saja).
Untuk
dapat memahami kanker paru, penting bagi kita untuk memahami bagaimana struktur
paru-paru manusia (normal) dan cara kerjanya.
Anatomi Paru Manusia
Anatomi Paru Manusia
Paru-paru adalah organ berbentuk spons yang terdapat
di dada. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus sedangkan paru-paru kiri memiliki 2
lobus, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Paru-paru kiri lebih kecil karena
jantung membutuhkan ruang lebih pada sisi tubuh ini. Paru-paru membawa udara
masuk dan keluar dari tubuh. Mereka mengambil oksigen dan menyingkirkan gas
karbon dioksida (zat residu pernafasan).
Lapisan di sekitar paru-paru disebut
pleura, membantu melindungi paru-paru dan memungkinkan mereka untuk bergerak
saat bernafas. Batang tenggorokan (trakea) membawa udara ke dalam paru-paru.
Trakea terbagi ke dalam tabung yang disebut bronkus, yang kemudian terbagi lagi
menjadi cabang lebih kecil yang disebut bronkiol. Pada akhir dari cabang-cabang
kecil inilah terdapat kantung udara kecil yang disebut alveoli.
Di bawah paru-paru, terdapat otot
yang disebut diafragma yang memisahkan dada dari perut (abdomen). Bila Anda
bernapas, diafragma bergerak naik dan turun, memaksa udara masuk dan keluar
dari paru-paru.
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru. Patogenesis kanker
paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial mengalami
perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang
terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi
dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan
mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Sepertinya aktivitas metaplastik terjadi
akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik
yang berkembang menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, hanya
diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun.
Tumor paru merupakan
keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995). Kanker paru
merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalamiproliferasi dalam paru (
underwood, patologi, 2000 ).
Kanker paru adalah
pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak
dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Asal-usul sel penyebab kanker paru masih belum dapat dijelaskan. Selama ini
berkembang dua buah teori,
§ Teori pleuripotential cell oleh Auerbach, yang menjelaskan
penyimpangan yang terjadi pada proses diferensiasi sel punca menjadi sel-sel lain.
§ Teori sel kecil oleh Yesner, yang menjelaskan neoplasma sel kecil yang
mengalami transformasi dan berevolusi menjadi sel kanker
B. Jenis-jenis Ca
Paru/Kanker Paru
Lebih dari 90% kanker paru berawal dari bronkus, hingga kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari:
1.
Karsinoma sel skuamus
2.
Karsinoma sel kecil
3.
Karsinoma sel besar
4.
Adenokarsinoma paru
Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam
paru-paru. Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali
menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru.
Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah:
1.
Adenoma (bisa ganas atau jinak)
2.
Hamartoma kondromatous (jinak)
3.
Sarkoma (ganas)
Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari
paru-paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal
dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit.
Jenis sel kanker paru secara garis besar dibagi atas 2 kelompok :
A. Kanker Paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK / Non Small Cell Lung
Cancer = NSCLC)
Jenis NSCLC ini terbagi lagi menjadi
:
·
Karsinoma epidermoid atau karsinoma sel
skuamosa. Jenis ini adalah jenis kanker paru paling umum. Hal ini berkembang
dalam sel yang menggarisi saluran udara. Jenis kanker ini seringkali disebabkan
karena rokok.
·
Adenokarsinoma: jenis ini berkembang dari
sel-sel yang memproduksi lendir (dahak) pada permukaan saluran udara (airways).
Jenis ini adalah jenis sel kanker terbanyak dan terutama pada perokok.
Karsinoma sel besar: Bentuk sel kanker ini dibawah mikroskop sesuai
namanya: sel sel bundar besar. Sering disebut juga undifferentiated
carcinoma. Lebih dari 80% kasus kanker
paru merupakan jenis NSCLC.
B. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK /
Small Cell Lung Cancer = SCLC)
Merupakan 20% dari seluruh kanker paru, yang bersifat
lebih agresif tetapi sangat responsif dengan pengobatan. Lainnya adalah merupakan jenis yang jarang
ditemukan misalnya karsinoid, karsinoma bronkoalveolar . Mesotheolima adalah jenis kanker yang
menyerang mesothelium, yaitu membran tipis yang melapisi dada (pleura) dan
abdomen (peritoneum). Kadang terjadi pada orang-orang yang terekspos dengan
asbestos.
·
Tingkatan Kanker Paru
Tingkatan (staging) kanker paru ditentukan oleh tumor
(T), keterlibatan kelenjar getah bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa
pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan
staging penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks (foto polos
dada). Jika pasien membawa foto yang telah lebih dari 1 minggu pada umumnya
akan dibuat foto yang baru.
Foto toraks hanya dapat metentukan lokasi tumor,
ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup
karena tidak dapat menentukan keterlibatan kelenjar getah bening dan metastasis
luar paru. Bahkan pada beberapa kondisi
misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps, bagian luas yang menutup
tumor, dapat memungkinakan pada foto, tidak terlihat. Sama seperti pencarian
jenis histologis kanker, pemeriksaan untuk menetukan staging juga tidak harus sama
pada semua pasien tetapi masing masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan
yang berbeda yang harus segera dilakukan
dan tergantung kondisinya pada saat datang.
Staging (Penderajatan atau Tingkatan) Kanker Paru
Staging kanker paru dibagi berdasarkan
jenis histologis kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi
yang harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi
: tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/dinding dada (T), penyebaran
kelenjar getah bening (N), atau penyebaran jauh (M). Tahapan perkembangan
kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (SLCC)
• Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian
paru-paru saja dan pada jaringan disekitarnya.
• Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar
paru-paru tempat asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang
jauh.
b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
• Tahap tersembunyi, merupakan tahap
ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat
bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.
• Stadium 0, merupakan tahap
ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak
bersifat invasif.
• Stadium I, merupakan tahap kanker
yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
sekitarnya.
• Stadium II, merupakan tahap kanker
yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah bening di dekatnya.
• Stadium III, merupakan tahap
kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti dinding dada,
diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau pun
sisi berlawanan dari tumor tersebut.
• Stadium IV, merupakan tahap kanker
yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah
menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin,
hati, dan tulang.
C. Penyebab Utama Ca Paru/
Kanker Paru
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada
pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin
besar risiko untuk menderita kanker paru-paru.
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15%
pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau
terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi,arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven
arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada
pekerja yang juga merokok.
Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus
terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga.
Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan
karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki
jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan
fibrosis.
Faktor Resiko Kanker
Paru, meliputi:
- Laki-laki
- Usia lebih dari 40 tahun
- Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
- Hidup dalam lingkungan asap tembakau (perokok pasif), radon dan asbes
D.
Gejala Ca Paru/ Kanker Paru
Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
1.
Batuk yang terus menerus atau menjadi
hebat.
2.
Dahak berdarah, berubah warna dan makin
banyak.
3.
Napas sesak dan pendek-pendek.
4.
Sakit kepala, nyeri atau retak tulang
dengan sebab yang tidak jelas.
5.
Kelelahan kronis
6.
Kehilangan selara makan atau turunnya
berat badan tanpa sebab yang jelas.
7.
Suara serak/parau.
8.
Pembengkakan di wajah atau leher.
Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara,
sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah
berada dalam stadium lanjut. Kasusk-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan
tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
Selain itu, gejala-gejala kanker paru bisa bervariasi, tergantung di mana
dan seberapa jauh tumor ganas ini menyebar di organ paru. Beberapa gejala umum
yang biasa ditemui pada penderita kanker paru selain batuk darah antara lain
sesak napas, radang paru atau bronchitis berulang, kelelahan,
hilangnya selera makan atau turunnya berat badan, suara serak, dan pembengkakan
di wajah atau leher.
Berikut adalah beberapa gejala yang harus dicermati dari kanker yang mematikan ini:
1. Tanpa gejala.
Sekitar 25 persen penderita kanker paru akan mengetahuinya saat mereka
melakukan rontgen secara rutin atau CT scan dan ditemukan lesi
(kerusakan jaringan) yang disebut lesi koin. Pada pasien ini biasanya tidak
ditemui gejala yang cukup berarti.
2. Gejala yang terkait dengan kanker.
2. Gejala yang terkait dengan kanker.
Pertumbuhan kanker dan invasinya pada jaringan paru serta jaringan
sekitarnya bisa jadi memengaruhi pernapasan dan menimbulkan gejala awal, antara
lain batuk, napas pendek, mengi, nyeri dada, dan batuk darah (hemoptysis).
Dan jika kanker sudah menyerang saraf, misalnya, bisa menyebabkan rasa
nyeri di bahu yang kemudian menyebar ke bawah ke bagian luar lengan (disebut
sindroma Pancoast) atau kelumpuhan pada vokal suara yang
menimbulkan suara parau. Serangan pada esophagus juga
menyebabkan timbulnya dysphagia. Jika aliran udara terhambat,
paru-paru kemudian akan mudah mengalami infeksi (pneumonia).
3. Gejala terkait dengan metastasis.
Kanker paru juga bisa menyebar ke tulang dan memproduksi rasa nyeri yang
menyiksa. Kanker yang sudah menyebar ke otak bahkan bisa menyebabkan sejumlah
gejala neurologis, semisal penglihatan kabur, sakit kepala, gejala stroke
seperti kelelahan, hilangnya sensasi di bagian tubuh tertentu.
4. Gejala "paraneoplastic".
Kanker paru seringkali disertai dengan gejala yang disebut sindromaparaneoplastic,
hasil produksi hormon sel tumor. Sindroma paraneoplastic kebanyakan
terjadi pada kanker paru jenis karsinoma sel kecil, tetapi juga bisa tampak
pada jenis yang lain.
Sindroma paraneoplastic yang terkait dengan jenis kanker
paru karsinoma sel kecil ini adalah akibat produksi hormon yang disebut
hormon adrenocorticotrophic (ACTH) oleh sel kanker, sebagai
awal dari berlebihnya pengeluaran atau sekresi yang terjadi pada hormon
kortisol di kelenjar adrenal.
Sementara itu, sindroma paraneoplastic yang sering tampak
pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil biasanya berasal dari
substansi yang mirip dengan hormon parathyroid yang
menghasilkan naiknya tingkat kalsium dalam aliran darah.
5. Gejala tidak spesifik.
5. Gejala tidak spesifik.
Tampak pada setiap jenis kanker, termasuk kanker paru, misalnya kehilangan
berat badan, lemah, dan kelelahan. Gejala psikis seperti depresi dan perubahan
mud juga kerap terjadi.
E.
Diagnosis dan pengobatannya
Beberapa prosedur yang dapat memudahkan diagnosa kanker paru antara lain
adalah foto X-Ray, CT Scan Toraks, Biopsi Jarum Halus, Bronkoskopi, dan USG
Abdomen.
Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan cara-cara seperti
1.
Pembedahan dengan membuang satu bagain
dari paru - kadang melebihi dari tempat ditemukannya tumor dan membuang semua
kelenjar getah bening yang terkena kanker.
2.
Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X
berintensitas tinggi untuk membunuh sel kanker.
3.
Kemoterapi
4.
Meminum obat oral dengan efek samping
tertentu yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup penderita.
·
Tehnik Pemeriksaan Kanker
Paru
Bronkoskopi adalah tehnik
pemeriksaan yang menggunakan alat bronkoskop yang dimasukkan ke dalam saluran
napas sehingga dapat menilai keadaan saluran napas, dan sekaligus dapat
mengambil spesimen untuk pemeriksaan sel kanker dengan cara bilasan, sikat, atau biopsi. Bronkoskopi
diperlukan untuk menilai apakah akan timbul kegawatan misalnya sumbatan pada
saluran napas akibat tumor dalam saluran napas atau penekanan dari luar.
CT – Scan Toraks : Imaging (foto) ini lebih informatif karena
dapat melihat karakteristik tumor lebih jelas termasuk menentukan ukuran,
lokasi dan apakah sudah terjadi keterlibatan kelenjar getah bening di dada
serta ada tidaknya penyebaran di paru.
Untuk kanker paru pada kondisi tertentu dokter akan melakukan CT – Scan ulang jika pasien membawa CT – Scan lama yang telah dilakukan > 1 bulan. Untuk kasus yang diduga staging awal, sebagai
kemudahannya maka CTscan toraks dilakukan sampai kelenjar suprarenal sehingga
dapat dipastikan belum terjadi penyebaran ke hati atau organ perut lainnya. CT
– Scan dilakukan dengan menggunakan
kontras dan sebagai persiapannya pasien harus puasa sekitar 4 jam sebelum CT –
Scan dilakukan dan hanya dapat dilakukan
jika fungsi ginjal baik (craetinine darah normal).
USG abdomen : dilakukan
jika pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan hati tetapi
dengan CT tehniknya lebih sederhana dan
hasilnya lebih informatif. Pemeriksaan lain, antara lain MRI toraks kurang
bermanfaat untuk menentukan staging kanker paru. Pemeriksaan lain lebih
ditujuan untuk melihat apakah telah terjadi penyebaran (metastasis) jauh :. CT
scan/MRI kepala untuk menilai metastasis di otak. Bone scan/MRI untuk menilai
metastasis di tulang. Pemeriksaan tambahan ini dilakukan jika ada keluhan, atau
pasien dengan staging awal dan akan dioperasi. Pengobatan Kanker Paru
Pengobatan kanker paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat pasien, stadium
kanker, serta kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita kanker
paru-paru.
·
PEMBEDAHAN
Pembedahan dalam kanker
paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar getah bening
di sekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker yang belum
menyebar hingga ke jaringan lain di luar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya
merupakan salah satu pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada
satu bagian paru-paru hingga stadium III A.
Beberapa jenis pembedahan yang mungkin digunakan untuk mengobati
NSCLC, antara lain:
Pneumonectomy: seluruh paru-paru (kiri atau kanan) diangkat pada
operasi ini
Lobektomi: lobus paru-paru diangkat dalam operasi ini
Segmentectomy atau reseksi baji: bagian dari suatu lobus diangkat
dalam operasi ini
Ilustrasi pembedahan paru-paru (ada 3 ilustrasi) :
Tindakan pembedahan memiliki angka kegagalan (death rate) sekitar
4,4% yang tergantung juga pada fungsi paru-paru pasien dan risiko lainnya. Kadang
pada kasus kanker paru stadium lanjut dimana banyaknya cairan terkumpul pada
rongga dada (pleural effusion), dokter
perlu membuat suatu lubang kecil pada dada untuk mengeluarkan cairan.
Efek samping pembedahan yang mungkin timbul sesudah operasi,
antara lain bronchitis kronis (terutama pada mantan perokok aktif).
·
RADIOTERAPI
Radiasi kadang-kadang
digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-paru. Mungkin digunakan untuk
orang yang tidak cukup sehat untuk
menjalani operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk
mengecilkan kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi
juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan
kesulitan menelan. Seringkali dilakukan
terapi Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paruparu yang dapat dioperasi.
Dan berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat pada
pemeriksaan X-ray dada. Efek samping
radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan kelelahan.
Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan kesulitan
bernapas atau menelan. Efek samping dari
terapi radiasi pada kanker paru yang telah menyebar ke otak biasanya menjadi
serius setelah 1 atau 2 tahun pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori,
sakit kepala, masalah dengan pemikiran, dan kurang gairah seksual.
·
KEMOTERAPI
Penderita SCLC terutama
diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena tindakan pembedahan biasanya tidak
berpengaruh besar terhadap survival (kelangsungan hidup). Kemoterapi primer
biasanya juga diberikan pada kasus NSCLC yang sudah bermetastasis
(menyebar). Penggunaan kombinasi
antara obat-obatan dan kemoterapi tergantung pada jenis tumor yang
diderita pasien.
·
TARGET TERAPI
Penerapan target terapi
biasa dilakukan untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium 3 dan 4 yang
tidak berespons terhadap pengobatan lain.
Ada dua macam target terapi
yang paling umum digunakan, yaitu.
- Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh
protein yang disebut EGFR (Epidermal
Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva
bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel kanker
untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk memperpanjang
harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih
baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause).
Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil.
- Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan
antibodi yang ditujukan untuk melawan protein untuk membantu sel tumor
membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan hidup
pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan
kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan
melalui intravena infus dan umumnya dapat
memiliki efek samping berupa perdarahan pada paruparu.
Beberapa efek samping yang terjadi pada kemoterapi yaitu :
1. Mual dan Muntah
Keadaan ini paling banyak
dikeluhkan pasien yang mendapatkan kemoterapi. Bukan tidak mungkin mual dan
muntah yang tidak terkontrol akan menjadikan pasien menolak pemberian
kemoterapi lanjutan. Ada beberapa tips
yang perlu dipertimbangkan untuk mengurangi keluhan tersebut seperti
• Pemberian anti emetik. Mulai dari jenis metoklopramide atau
domperidone biasanya diberikan pada pasien dengan low risk. Perlu
dipertimbangkan efek samping jangka panjang dari antiemetic tersebut.
• Biasanya ondasentron bekerja lebih efektif bila juga diberikan
bersamaan dexametason.
• Usahakan mencegah keluhan tersebut sedini mungkin, jangan
menunggu keluhan berat dulu.
• Banyak pasien mengurangi keluhan dengan mengurangi makan
beberapa saat sebelum dan sesudah kemoterapi.Mungkin 2-3 jam sebelum dan
sesudah kemoterapi. Dapat juga mengkonsumsi makanan rendah lemak, daging,
gorengan serta banyak minum (sedikit minum tapi sering).
• Banyak keluhan ini
terjadi karena stress maka perlu dipertimbangkan mengurangi dengan akupuntur,
mendengar musik, melihat pemandangan.
2. Hair Loss
Tidak semua obat kemoterapi
menyebabkan hair loss. Keluhan ini biasanya timbul setelah 21 hari dari
kemoterapi pertama kali. Terbanyak hair loss pada scalp (kepala) tetapi dapat
juga pada rambut daerah badan, pubic hair bahkan alis dan kelopak mata. Salah satu
usaha mengurangi efek samping kemoterapi pada pertumbuhan rambut adalah dengan
scalp cooling. Pertumbuhan rambut kembali mungkin dapat terjadi setelah 6-10
minggu pemberian kemoterapi terakhir. Untuk mengatasi keluhan ini perlu
dipertimbangkan memakai rambut palsu
atau penutup kepala. Tetapi kita harus membedakan antara alopecia areata
dengan hair loss.
3. Hiperurisemia
Efek samping ini tidak
terlalu sering terjadi dimana ditandai keadaan toksisiti ginjal disebabkan
lisisnya massa tumor yang cepat terutama pada germ cell tumour dan limfoma.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan meminta banyak minum 24 jam sebelum
kemoterapi dan pemberian allupurinol.
4. Diare
Terapi cairan tetap
merupakan pilihan terbaik pada pasien
diare karena kemoterapi. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi BAB
> 4x/24 jam. Pada pasien yang mendapatkan intake cairan 3-4 liter/hari dan
antidiare biasanya sudah cukup. Tetapi perlu dipertimbangkan keadaan
neutropenia sepsis pada pasien demam, diare, right iliac fossa pain atau severe
mucositis.
5. Depresi sumsum tulang dan infeksi
Ini merupakan efek samping
yang paling membahayakan. Di Negara maju diperkirakan kematian karena efek samping ini sekitar 0,5% dari seluruh pasien
yang mendapatkan kemoterapi. Kalau di Indonesia belum ada data resmi tetapi
mungkin jauh lebih tinggi karena perawatan yang belum memadai, sterilisasi yang
kurang dll. Depresi sumsum tulang berada
pada titik nadir pada 10 hari paska kemoterapi (umumnya). Penurunan ini dapat
dikurangi dengan memberikan Growth
Factor seperti granulocyte colony stimulating factor dan granulocyte
macrophage colony stimulating factor. Maka dipikirkan pula tentang keadaan neutropenia sepsis bila pasien paska
kemoterapi merasa tidak enak (baik merasa demam atau tidak).
F.
Pencegahan Ca Paru/ Kanker Paru
Cara utama untuk seseorang mengurangi terkena kanker paru adalah berhenti merokok.
Seorang perokok yang telah berhasil berhenti 10 tahun lamanya berarti telah
dapat menurunkan risiko 30 -50 persen untuk terkena kanker paru. Usaha pencegahan kanker lainnya adalah denga
menjaga daya tahan tubuh melalui Pola Hidup Sehat, yaitu :
- Pola makan yang teratur,
dan berusaha mengkonsumsi suplemen
- Olah raga secara teratur
- Hindari gaya hidup yang
merusak kesehatan, seperti minuman keras,
merokok, dll
- Isilah waktu dengan
kegiatan yang berguna dan menyenangkan,
sehingga hidup anda menjadi
bebas stress
Pathway
Asap tembakau Radiasi
Perokok Pasif Pemajanan
Okupasi Polusi Udara
Adeno Karsinoma
Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma Sel Bronkial Alveolar
Bronkus mengandung mukus
Perubahan epitel bronkus ,
Penimbunan Toksin
metaplasia , displasia
Timbul pada bagian perifer Bronkus besar Respon umum tubuh
segmen bronkus
menghasilkan sputum
Fibrasi intertisial Perubahan struktur alveoli Kehilangan fungsi silia
Lesi dan melebarnya Gangguan suplai O2 Peningkatan jumlah sekret
pembuluh darah
MK :
Kerusakan pertukaran gas MK :
Ketidakefektifan
jalan napas
MK : Nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ca Paru
Tn C (57thn) masuk rumah sakit untuk tujuan operasi atas rujukan
RSUD tempat dia tinggal, dengan diagnose suspect tumor paru kiri. Klien sempat
mengalami gagal nafas. Sekarang klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk
(hemoptisis). Menurut keluarga, klien adalah perokok aktif sejak anak-anak dan
sudah sering batuk sejak usia 30 tahunan, batuk
mereda saat diberi obat oleh dokter.
Klien terlihat lemah, dan kurus. Dari hasil pemeriksaan TD: 130/80 mmHg,
HR: 110x/menit, RR: 23x/menit, Suhu: 37,50 C, BB: 35 Kg, TB: 165 Cm.
A. Data focus :
Ds : Klien sempat
mengalami gagal nafas
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis)
Menurut keluarga, klien adalah perokok aktif sejak anak-anak dan sudah sering batuk sejak usia 30 tahunan, batuk mereda saat diberi obat oleh dokter
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis)
Menurut keluarga, klien adalah perokok aktif sejak anak-anak dan sudah sering batuk sejak usia 30 tahunan, batuk mereda saat diberi obat oleh dokter
Do : TD : 130/80 mmHg,
HR : 110x/menit,
RR : 23x/menit,
S : 37,50 C,
BB : 35 Kg,
TB : 165 Cm.
Klien dengan diagnose suspect tumor paru kiri
Klien terlihat lemah, dan kurus
HR : 110x/menit,
RR : 23x/menit,
S : 37,50 C,
BB : 35 Kg,
TB : 165 Cm.
Klien dengan diagnose suspect tumor paru kiri
Klien terlihat lemah, dan kurus
Dx medis : suspect tumor paru kiri
B. Analaisa Data
No
|
Data Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
2.
3.
|
Ds : Klien sempat mengalami gagal nafas
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis) Menurut keluarga, klien adalah perokok aktif sejak anak-anak dan sudah sering batuk sejak usia 30 tahunan, batuk mereda saat diberi obat oleh dokter
Do:
-
TD :
130/80 mmHg,
HR : 110x/menit, RR : 23x/menit, S : 37,50 C, BB : 35 Kg, TB : 165 Cm.
-
Dx
medis suspect tumor paru kiri
Ds: : Klien sempat mengalami gagal nafas
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis)
Do: Dx medis suspect tumor paru kiri
Ds : Klien sempat mengalami
gagal nafas
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis) Menurut keluarga, klien adalah perokok aktif sejak anak-anak dan sudah sering batuk sejak usia 30 tahunan, batuk mereda saat diberi obat oleh dokter Do : Dx medis suspect tumor paru kiri |
Nyeri
Agent cedera
(biologis)
Obstruksi
jalan nafas
|
Pola nafas tidak efektif
Nyeri
akut
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
|
C. Diangnosa keperawatan
-
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan Ds: Klien sempat mengalami gagal
nafas Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis) Menurut
keluarga, klien adalah perokok aktif sejak anak-anak dan sudah sering batuk
sejak usia 30 tahunan, batuk mereda saat
diberi obat oleh dokter.
Do: TD : 130/80 mmHg,
HR : 110x/menit,
RR : 23x/menit,
S : 37,50 C,
BB : 35 Kg,
TB : 165 Cm.
Do: TD : 130/80 mmHg,
HR : 110x/menit,
RR : 23x/menit,
S : 37,50 C,
BB : 35 Kg,
TB : 165 Cm.
Dx medis suspect tumor
paru kiri
-
Nyeri akut berhubungan dengan agent
cedera (biologis) yang ditandai dengan Ds: : Klien sempat mengalami gagal nafas
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis) Do: Dx medis suspect tumor paru kiri
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis) Do: Dx medis suspect tumor paru kiri
-
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan Obstruksi jalan nafas ditandai dengan Ds : Klien sempat mengalami gagal nafas
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis)
Menurut keluarga, klien adalah perokok aktif sejak anak-anak dan sudah sering batuk sejak usia 30 tahunan, batuk mereda saat diberi obat oleh dokter
Do : Dx medis suspect tumor paru kiri
Klien merasa nyeri dada, sesak nafas, dan batuk (hemoptisis)
Menurut keluarga, klien adalah perokok aktif sejak anak-anak dan sudah sering batuk sejak usia 30 tahunan, batuk mereda saat diberi obat oleh dokter
Do : Dx medis suspect tumor paru kiri
PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Nama Klien
: Tn C
Ruang :
Paru Laki.
Diagnosa |
Tujuan—Kriteria |
Intervensi |
Rasional |
|
Pola nafas tidak
efektif b/d penyempitan trakhea (proses metastase)
|
Pola nafas efektif.
Kriteria :
Frekuensi nafas
dalam rentang normal 12-16X/menity
Suara paru jelas
dan bersih.
Berpartisipasi
dalam aktivitas
Retraksi
otot-otot bantu pernafasan
berkuranmg/hilang. .
|
Kaji
frekuensi , kedalaman pernafasan dan ekspansi dada., catat upaya pernafasan
(penggunaan otot bantu pernafasan)
Auskultasi bunyi
nafas, dan catat adanya bunyi nafas.
Observasi pola
batuk dan karakter sekret
Berikan posisi
duduk dan berikan periode istirahat saat merubah posisi.
Dorong dalam nafas
dalam.dan latihan batuk.
Kolaborasi:
Berikan oksigen
3l/menit.
Berikan obat
Xefotaksim injectie 1 gr IV
Dexa 3X1 ampul
Furosemid 1 ampul
Siapkan klien untuk
tindakan radioterapi ke
|
Kedalamam pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas., ekspansi
pada terbatas terjadi pada atelektasis.
Perubahan bunyi nafas menunjukan obstruksi sekunder.
Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritatif
Meningktkan banyaknya sputum.
Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.
Memberikan atibiotika dan steroid untuk mengatasi infeksi
Mengurangi tekanan sidroma vena kava superior
Mengatasi /mengobati
kanker paru.
|
Tindakan
Keperawatan
Nama Klien : Tn. C
Ruang : Paru Laki
Hari, tanggal, jam
|
DX. Keperawatan dan Tindakan Keperawatan |
Nama Perawat |
Senin,
11-02-2002
1030
|
1. Mengkaji
keadaan klien
2. Melakukan
pemeriksaan fisik dan tanda vital
3.
Mempertahankan
kepatenan IV line, dengan tetesan 14 tetes/menit
4. Memberikan
/memperbaiki posisi pasien dengan posisi duduk
5.
Mengatur posisi
bantal agar leher tidak tertekuk.
|
Desi sagitari |
Selasa,
12-02-2002
14.00
|
DX. No. 1
1.
Merapikan tempat
tidur klien, sekaligus membetulkan posisi klien, duduk dengan sandaran
bantal.
2. Mengisi tabung
humidifier dengan aqua.
3. Melakukan
pengecekan oksigen, apakah sampai pada
hidung klien.
4. Observasi
vital sign ( RR. TD, Nadi dan suhu )
5. Menyuntikan obat xefotaksim injeksi IV 1 gr. Dan Dexa 1
ampul.
|
Desi sagitari
|
Rabu,
13-02-2002
07.30
|
DX. No. 1.
1. Mengganti alat
tenun , sekaligus merapikan posisi duduk.
2. Mengisi tabung
humdifier dengan air aqua , sekaligus mengecek kelancaran oksigen.
3.
Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (
TD, Nadi, RR, suhu )
4. Memberikan
injeksi Furosemid `ampul IV.
|
Desi sagitari
|
Kamis,
14-02-2002
08.00
|
1. Merapikan
tempat tidur klien, sekaligus mengatur posisi tidur ( duduk dengan sandaran
bantal )Mengecek oksigen dan humidifier.
2. Melakukan
observasi vital sign, TD 80/60 mmHg. Nadi kecil, cepat, 120X/menit, suhu
36.C., RR, cepat 40X/menitdaerah akral dingin ( tangan dan kaki ).lansung
lapor dokter yang merawat ( dr. Heti. )
3. Dicoba pasang
infus tidak bisa, keadaan pasien semakin payah, TD. 80/50 mmHg.,terlihat
klien semakin sianotik.
4. Melakukan
observasi vital sign intensif, terlihat nafas pasien tidak teratur (
satu-satu ), TD. 70 /palpasi.nadi tak teraba, sangat halus.
5.
Keadaan umum
terus memburuk, lapor dokter .
6.
Menganjurkan
kepada keluarga ( istri ) untuk berdoa, dan membimbing doa pada ke dua
telinga klien, akhirnya penderita meninggal tepat pada jam 11.05.disaksikan kelurga, perawat dan dokter.
|
Evaluasi
Nama
Klien : Tn. C
Ruang : Paru Laki
Hari, tanggal, jam
|
Diagnosa Keperaatan dan Evaluasi
|
Nama Perawat
|
Kamis
14=02-2002
08.00
|
DX. No. 1
S. Mengatakan sesaknya makin bertambah, klien
menulis surat agar istrinya menghubungi anaknya.
O.: RR. 40X/menit,TD. 80/60 mmHg., nadi
120X.menit, klien sianotik, akral dingin.
A.
Gangguan Pola
nafas, masih merupakan prioritas.
P. Intervensi
diintensifkan, lapor dokter yang merawat.
|
Desi sagitari
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru. Patogenesis kanker
paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial mengalami
perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang
terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi
dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan
mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Sepertinya aktivitas metaplastik terjadi
akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas
mitotik yang berkembang menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, hanya
diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun.
Tumor paru merupakan
keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995). Kanker paru
merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalamiproliferasi dalam paru (
underwood, patologi, 2000 ).
Kanker paru adalah
pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak
dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Daftar Pustaka
http://health.kompas.com/read/2012/05/03/17492888/Waspadai.5.Gejala.Kanker.Paru agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/kankerparu.pdf
health.okezone.com/read/2012/04/.../tanda-tanda-kanker-paru-paru
No comments:
Post a Comment